Kamis, 22 November 2012

LAPORAN STUDI LAPANGAN
TAKSONOMI TUMBUHAN RENDAH
KEANEKARAGAMAN ALGA YANG BERHABITAT DI ZONA PASANG SURUT PANTAI SELATAN,KONDANG MERAK

Dosen Pengampu:
Drs.Sulisetyono, M.Si
Ainun Nikmati Laily, M.Si

Oleh :
Wenny Nur Fauziah
(11620011)


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TENOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2011
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
          Ditinjau secara biologi, alga merupakan kelompok tumbuhan yang berklorofil yang terdiri dari satu atau banyak sel dan berbentuk koloni. Di dilam alga terkandung bahan-bahan organik seperti polisakarida, hormon, vitamin, mineral, dan juga senyawa bioaktif. Sejauh ini pemanfaatan alga sebagai komoditi perdagangan atau bahan baku industri masih relatif kecil jika dibandingkan dengan keanekaragaman jenis alga yang ada di Indonesia. Padahal komponen kimiawi yang terdapat dalam alga sangat bermanfaat bagi bahan baku industri makanan, kosmetik, farmasi dan lain-lain.
            Indonesia dikenal negara yang subur dan kaya akan sumber daya alam. Sebagai negara dengan luas wilayah laut lebih dari 70 %, salah satu kekayaan alam yang bisa kita manfaatkan adalah sumber hayati. Selain ikan, alternatif hasil laut yang bisa diolah adalah rumput laut (seaweed).
            Rumput laut merupakan tumbuhan laut jenis alga, masyarakat Eropa mengenalnya dengan sebutan seaweed. Tanaman ini adalah gangang multiseluler golongan divisi thallophyta. Berbeda dengan tanaman sempurna pada umumnya, rumput laut tidak memiliki akar, batang dan daun. Jika kita amati jenis rumput laut sangat beragam, mulai dari yang berbentuk bulat, pipih, tabung atau seperti ranting dahan bercabang-cabang. Rumput laut biasanya hidup di dasar samudera yang dapat tertembus cahaya matahari. Seperti layaknya tanaman darat pada umumnya, rumput laut juga memiliki klorofil atau pigmen warna yang lain. Warna inilah yang menggolongkan jenis rumput laut. Secara umum, rumput laut yang dapat dimakan adalah jenis ganggang biru (cyanophyceae), ganggang hijau (chlorophyceae), ganggang merah (rodophyceae) atau ganggang coklat (phaeophyceae).

            Indonesia merupakan negara kepulauan yang dipisahkan oleh laut antara pulau yang satu dengan pulau yang lain. Laut Indonesia terkenal akan keindahan dan kekayaan isinya. Laut Indonesia terlihat indah dengan biotanya yang beraneka ragam. Salah satunya yaitu algae. Algae merupakan tumbuhan thallophyta yang belum dapat dibedakan antara batang, daun dan akarnya.

            Jika kita berkunjung ke sebuah pantai, sering kita jumpai di bibir pantai seperti rumput. Itulah yang disebut dengan algae. Algae banyak tersebar diseluruh laut Indonesia dan algae yang ada di Indonesia banyak jenisnya. Beberapa jenis algae bernilai ekonomis. Algae dapat dibidudayakan di laut dan dapat dimanfaatkan sebagai sayuran, bahan pembuatan agar-agar, bahan pembuatan kosmetik, dan masih banyak lagi.
            Untuk itu dalam pengamatan Alga ini, kita diharapkan benar- benar mengetahui bermacam-macam keanekaragaman alga yang berhabitat di air laut atau pesisir pantai.
1.2 Tujuan
          Tujuan studi lapangan mengenai keanekaragaman alga di zona pasang surut air laut yaitu sebagai berikut:
1. Studi lapangan mengenai keanekaragaman alga yang berhabitat di zona pasang
     surut pantai selatan,Kondang Merak
2. Untuk mengetahui macam-macam alga yang hidup di Kondang Merak
3. Untuk mengetahui ciri-ciri dan bagian-bagian dari alga yang hidup di Kondang
     Merak
4. Untuk mengetahui klasifikasi spesimen alga
5. Untuk mengetahui peranan alga
1.3 Manfaat
          Manfaat dilakukannya studi lapangan mengenai keanekaragaman alga di zona pasang surut yaitu sebagai berikut:
1. Untuk memberi informasi kepada masyarakat bahwa banyak alga yang dapat
    Dimanfaatkan
2. Alga dapat dikembangkan sebagai salah satu bahan baku biodiesel













BAB II
METODOLOGI
2.1 Waktu dan Tempat
                 Studi lapangan yang membahas mengenai keanekaragaman alga yang berhabitat di zona pasang surut dilaksanakan pada pukul 14.00 pada hari kamis dan pada pukul 06.30 pada hari jumat tanggal 15-16 November 2012 di pantai Selatan, Kondang Merak, Malang.
2.2 Alat dan Bahan
          2.2.1 Alat-alat
                   Alat-alat yang digunakan dalam studi lapangan ini yaitu:
                        1. Alat tulis
                        2. Alat dokumentasi (camera digital)
                        3. Ice box
                        4. toples
          2.2.2 Bahan- bahan
                   Bahan-bahan yang digunakan dalam studi lapangan ini yaitu:
                        1. Es batu
                        2. Kertas label
                        3. Asam asetat glasial 5 ml
                        4. Formalin 10 ml
                        5. Etil alkohol/alkohol 70%
                        6. Tembaga sulfat 0,2 gram
                        7. Aquades 35 ml
2.3 Cara Kerja
       Cara kerja yang digunakan dalam studi lapangan ini adalah:
1. Disiapkan alat tulis dan alat dokumentasi untuk mengamati alga di zona pasang
    surut pantai
2. Dicari alga yang ada di zona pasang surut pantai kemudian diambil gambarnya
     untuk dokumentasi
3. Diamati struktur dan ciri-ciri algae
4. Diletakkan algae pada ice box yang berisi es
5. Diambil alga dari ice box dan dipilah beberapa alga yang sama atau sejenis dari
     semua alga
6. Diidentifikasi alga untuk mengetahui spesies alga masing-masing
7. Disiapkan larutan fiksatif yang telah ditambahkan larutan tembaga sulfat untuk
     perendaman alga selama 48 jam
8. Diisi toples dengan alkohol 70% sebagai pengawet
9. Dimasukkan alga kedalam toples
10. Ditutup toples tersebut dan diberi label


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Actinotrichia fragilis
            3.1.1 Hasil pengamatan
Gambar Pengamatan
Gambar Literatur


http://www.iptek.net.id/ind/pd_alga/images/Actinotrichia%20fragilis.gif
(algaebase.2012)

Keterangan :
1. Berwarna merah (sebelum diberi larutan)
2. Berwarna hijau ( setelah diberi larutan)
3. Memiliki holdfast
4. Memiliki stipe dan blade yang tidak bisa dibedakan
5. Memiliki panjang -/+ 5 cm
6. Memiliki lebar -/+ 4 cm
7. Struktur talus kaku,pipih dan tipis dan membentuk rumpun rimbun dengan
     percabangan dichotomus (mendua arah)
3.1.2 Klasifikasi ( plantamor.2012)
            Kingdom: Plantae
                  Divisio: Rhodophyta
                       Classis: Rhodophyceae
                            Ordo: Nemaliales
                                  Familia: Galaxauraceae
                                          Genus: Actinotrichia
                                                Spesies: Actinotrichia fragilis ( plantamor.2012)

            3.1.3 Pembahasan
            Pengamatan yang telah dilakukan pada alga di zona pasang surut air laut dapat ditemukan alga dengan spesies Actinotrichia fragilis, dimana spesies ini masuk pada divisi Rhodophyta dengan kelas Rhodophyceae. Spesies ini memiliki ciri-ciri yaitu berwarna merah (sebelum diberi larutan) namun ketika telah dicampuri larutan asam asetat,alkohol, dan formalin alga ini mengalami perubahan warna menjadi hijau. Memiliki holdfast, memiliki stipe dan blade yang tidak bisa dibedakan, memiliki panjang kurang lebih 5 cm dan lebar kurang lebih 4 cm. Struktur talus pipih,kaku, tipis dan membentuk rumpun rimbun dengan  percabangan dichotomus (mendua arah), melekat pada substrat dengan alat tempel (holdfast) yang kecil berbentuk cakram serta berhabitat di air laut.
            Actinotrica fragilis memiliki thallus bulat mengeras permukaan kasar. Membentuk rumpun rimbun dengan percabangan dichotomus (mendua arah). Melekat pada substrat dengan alat tempel (holdfast) yang kecil berbentuk cakram. Warna merah muda orange atau kadang-kadang pirang (Atmadja.1996).
            Actinotrichia fragilis memiliki holdfast yang panjang yang menyerupai akar yang digunakan sebagai perekat pada substrat,sama halnya dengan jenis alga merah yag lain umumya tumbuh pada daerah yang luas rataan terumbu yang selalu tergenang air. Melekat pada substrat batu dengan holdfast yang berbentuk cakram kecil  ( Atmadja.1996 ).
            Cadangan makanan pada Rhodophyceae adalah karbohidrat yang tersimpan dalam bentuk granula yang terletak dalam sitoplasma. Granula akan berwarna merah apabila diuji dengan potasium iodida dan disebut dengan tepung floridean. Cadangan makanan yang lain adalah floridosida. Pigmen terdiri dari klorofil a dan d, karotenoid dan fikobilin (fikoeretrin dan fikosianin). Keistimewaan dan sifat lain Rhodophyceae adalah tidak ada sel yang dilengkapi alat gerak ( Sulisetjono.2009),
       Proses reproduksi seksual pada makroalga (termasuk rumput laut) pada umumnya berlangsung secara anisogami dan oogami yang mana keduanya lazim pula disebut heterogami. Pada makroalga termasuk rumput laut, gamet-gametnya dihasilkan oleh organ-organ khusus gametangia yang terdiri atas dua macam yaitu spermatangia (antheridium) yang menghasilkan sperma, dan oogonium yang menghasilkan sel telur (Bold dan Wynne. 1985).
       Sperma dan sel telur masing-masing memliki bentuk, ukuran, dan motilitas yang berbeda. Sperma umumnya ukurannya lebih kecil, berflagela dan tidak dapat bergerak. Namun demikian, pada alga merah (Rhodophyta), spermanya tidak berflagela dan dapat bergerak secara ameboid dan disebut spermatia. Spermatia dihasilkan didalam gametangia kecil yang disebut spermatangia. Sementara itu, oogonium pada alga merah berbentuk tonjolan yang disebut trichogyne yang merupakan tempat untuk menerima gamet jantan (sperma). Oogonium pada alga merah lazim disebut Carpogonium (Bold dan Wynne. 1985 ).

            Alga merupakan salah satu sumberdaya alam hayati laut yang bernilai ekonomis dan memiliki peranan ekologis sebagai produsen yang tinggi dalam rantai makanan dan tempat pemijahan biota-biota laut. Selain itu dapat digunakan dalam bidang industri,makanan, obat-obatan dan energi (Bold and Wyne.1985).
3.2 Amphiroa beauvoisii
            3.2.1 Hasil Pengamatan
Gambar Pengamatan
Gambar Literatur


(algaebase.2012)

Keterangan:
1. Berwarna merah (sebelum diberi larutan)
2. Berwarna hijau ( setelah diberi larutan)
3. Memiliki holdfast
4. Memiliki stipe dan blade yang tidak bisa dibedakan
5. Memiliki panjang -/+ 5 cm
6. Memiliki lebar -/+ 3 cm
7. Struktur talus kaku dan keras karena mengalami pengapuran yang tebal, tersusun
    oleh deretan segmen-segmen berbentuk seperti manik-manik
8. Melekat pada substrat dengan semacam serabut cakram


            3.2.2 Klasifikasi
                        Kingdom: Plantae
                              Divisio: Rhodophyta
                                    Classis: Rhodophyceae
                                          Ordo: Cryptonemiales
                                                Familia: Corallinaceae
                                                      Genus: Amphiroa
                                                             Spesies:Amphiroa beauvoisii ( plantamor.2012)

            3.2.3 Pembahasan
            Pengamatan yang telah dilakukan pada alga di zona pasang surut air laut dapat ditemukan alga dengan spesies Amphiroa beauvoisii ,dimana spesies ini masuk pada divisi Rhodophyta dengan kelas Rhodophyceae. Spesies ini memiliki ciri-ciri yaitu berwarna merah (sebelum diberi larutan) namun ketika telah dicampuri larutan asam asetat,alkohol, dan formalin alga ini mengalami perubahan warna menjadi hijau. Memiliki holdfast, memiliki stipe dan blade yang tidak bisa dibedakan, memiliki panjang kurang lebih 5 cm dan lebar kurang lebih 3 cm. Struktur talus kaku dan keras karena mengalami pengapuran yang tebal, tersusun oleh deretan segmen-segmen berbentuk seperti manik-manik, Melekat pada substrat dengan semacam serabut cakram, serta berhabitat di air laut.
            Alga ini memiliki bentuk thallus bersegmen pendek, pada bagian bawah silindris, sedangkan bagian atas agak runcing. Rimbun dengan percabngan thallus dichotomus atau bercabang dua dan dapat mencapai tinggi sekitar 5-10 cm. Substansi thallus keras dan rapuh mengandung zat kapur (Susanto.2008).
            Habitat spesies alga ini yakni substrat berkarang dan umumnya di daerah rataan terumbu karang. Sebarannya tidak begitu luas antara lain terdapat di pantai Selatan Jawa. Warna dari alga ini yaitu merah dan merah muda (Susanto.2008).
            Alga merah dapat bereproduksi secara seksual dan aseksual. Reproduksi aseksual dilakukan dengan cara pembentukan spora yang tidak memiliki alat gerak. Spora tersebut dapat berindah ke tempat lain dengan mengikuti arus air laut. Selanjutnya, di tempat yang sesuai, spora tersebut akan tumbuh menjadi individu baru. Reproduksi generatifnya dilakukan dengan cara peleburan ovum dengan spermatogonium yang tidak memiliki alat gerak. Hasil peleburan tersebut akan membentuk zigot yang diploid. Selanjutnya zigot akan tumbuh menjadi individu baru yang diploid (Aziz.2008).
            Secara ekologis, alga ini berfungsi sebagai sumber makanan bagi berbagai jenis fauna yang menghasilkan endapan kapur yang berguna bagi pertumbuhan karang di daerah tropis untuk ikut memperkuat fondasi terumbu karang tersebut. Selain itu alga berfungsi untuk mencegah pergerakan substrat, penyaring air dan berperan penting dalam produksi primer di lautan serta sebagai pembesaran dan pemijahan biota-biota laut dan dapat memproduksi zat-zat organik (Duxbury.1989).
           
           







3.3Calliblepharis fimbriata
            3.3.1 Hasil pengamatan
Gambar Pengamatan
Gambar Literatur


(algaebase.2012)

Keterangan:
1. Berwarna merah (sebelum diberi larutan)
2. Berwarna hijau ( setelah diberi larutan)
3. Memiliki holdfast
4. Memiliki stipe dan blade yang tidak bisa dibedakan
5. Memiliki panjang -/+ 6 cm
6. Memiliki lebar -/+ 4 cm
7. Bentuk dan struktur talus tipis
8. Memiliki bentuk seperti lembaran atau helaian daun
9. Terdapat bintik-bintik kecil pada talus



3.3.2 Klasifikasi
            Kingdom: Plantae
                    Divisio: Rhodophyta
                             Classis: Rhodophyceae
                                     Ordo: Gigartinales
                                           Familia: Cystocloniaceae
                                                 Genus: Calliblepharis
                                                       Spesies:Calliblepharis fimbriata ( plantamor.2012)

            3.3.3 Pembahasan
            Pengamatan yang telah dilakukan pada alga di zona pasang surut air laut dapat ditemukan alga dengan spesies Calleblepharis fimbriata, dimana spesies ini masuk pada divisi Rhodophyta dengan kelas Rhodophyceae. Spesies ini memiliki ciri-ciri yaitu berwarna merah (sebelum diberi larutan) namun ketika telah dicampuri larutan asam asetat,alkohol, dan formalin alga ini mengalami perubahan warna menjadi hijau. Memiliki holdfast, memiliki stipe dan blade yang tidak bisa dibedakan, memiliki panjang kurang lebih 6 cm dan lebar kurang lebih 4 cm. Struktur talus tipis dan memiliki bentuk seperti lembaran atau helaian daun, terdapat bintik-bintik kecil pada talus, serta berhabitat di air laut.
            Bentuk alga merah seperti rumput sehingga sering disebut sebagai rumput laut (seaweed). Tubuhnya bersel banyak dan kebanyakan berbentuk lembaran sederhana dengan cabang-cabang halus seperti pita. Di dalam selnya terdapat pigmen klorofil a dan fikobilin. Fikobilin adalah semacam pigmen yang terdapat pada fikoeritrin dan fikosianin. Melalui pigmen fikobilin, gelombang cahaya yang masuk ke dalam laut diserap. Kemudian mentransfer energi cahaya ke klorofil untuk keperluan fotosintesis. Bentuk dari hasil fotosintesis adalah karbohidrat yang disebut tepung floridean (Aziz, 2008).
            Alga merah ini hidup di luat dalam, terutama di laut beriklim panas. Anggota kelompok alga merah dapat ditemukan di daerah pantai hingga kedalaman 100 meter (Aziz, 2008).
Alga merah ini biasa menempel pada alga lain atau pada batu. Ada juga yang hidup bebas mengapung dipermukaan air. Alga merah biasa ditemukan di air cukup dalam, lebih dalam dibanding tempat tumbuh kelompok alga lainnya. Fikobilin, pigmen pada alga merah, dapat mengumpulkan cahaya hijau dan biru yang masuk ke air yang dalam. Dengan begit alga merah dapat berada di lokasi perairan yang lebih dalam dibanding alga lainnya (Pitriana, 2008).
            Pada pola siklus hidup yang ketiga terdapat dua tipe individu yang hidup bebas yaitu individu pengahasil gamet (gametofit) yang bersiofat haploid dan individu penghasil spora (sporofit) yang bersifat diploid. Gamet-gamet yang dihasilkan dapat menyatu membentuk zigot yang tidak mengalami masa dormansi. Zigot ini kemudian tumbuh menjadi sporofit yang bersifat diploid. Dalam hal ini, meiosis terjadi pada saat pembentukan spora (sporogenesis), Spora yang dihasilkan bersifat haploid dan kemudian berkembang menjadi gametofit. Baik sporofit maupun gametofit masing-masing dapat memperbanyak dirinya dengan cara aseksual. Pola siklus hidup seperti ini dikenal dengan diplobiontik yang dilambangkan dengan symbol D,h+d, dan banyak terjadi pada alga merah (Rhodophyta). Siklus hidup diplobiontik ini ada dua macam, yaitu isomorphik dan heteromorphik. Dikatakan isomorphik bilamana gametofit dan sporofit memiliki kesamaan bentuk, sedangkan heteromorphik bilamana gametofit dan sporofit masing-masing bentuknya berbeda. Isomorphik dilambangkan dengan symbol Di,h+d, sedangkan heteromorphik dilambangkan dengan (Bold dan Wynne. 1985).
            Salah satu manfaat alga ini adalah sebagai bahan makanan. Rumput laut merupakan bahan makanan penting bagi manusia. Rumput laut biasa diolah menjadi agar-agar atau dikeringkan. Alga sangat bermanfaat bagi ekosistem. Di ekosistem, alga berperan sebagai produsen. Alga menyediakan makanan bagi ikan, katak, hingga manusia. Alga juga menghasilkan oksigen yang dibutuhkan oleh kita (Pitriana, 2008).
            Selain itu alga juga dapat diproses menjadi menjadi minyak nabati, yang selanjutnya diproses menjadi biodiesel. Setelah diambil minyaknya, sisa ekstraksinya yang berupa karbohidrat dapat difermentasikan menjadi alkohol, baik dalam bentuk methanol maupun ethanol (Sheehan, 1998).













BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
          Berdasarkan studi lapangan mengenai keanekaragaman alga di zona pasang surut air laut yang telah dilakukan dapat di temukan beberapa spesies yang terdiri dari beberapa divisi. Dan pada studi lapangan ini praktikan membahas mengenai alga dengan divisi Rhodophyta, kelas Rhodophyceae dan beberapa spesies yaitu Actinotrichia fragilis, Amphiroa beauvoisil, Calliblepharis fimbriata . Dimana spesies alga tersebut memiliki ciri-ciri dan peranan yang berbeda-beda, yaitu:
1. Actinotrichia fragilis, memiliki warna merah,memiliki holdfast,memiliki stipe dan      blade yang tidak bisa di bedakan. Struktur talus pipih, kaku, tipis dan membentuk rumpun rimbun dengan percabangan dichotomus (mendua arah), melekat pada substrat dengan alat tempel (holdfast) yang kecil berbentuk cakram dan berhabitata di air laut. Peranan alga ini dapat digunakan dalam bidang industri,makanan, obat-obatan dan energi.
2. Amphiroa beauvoisil,memiliki warna merah, memiliki holdfast, memiliki stipe dan blade yang tidak bisa dibedakan. Struktur talus kaku dan keras karena mengalami pengapuran yang tebal, tersusun oleh deretan segmen-segmen berbentuk seperti manik-manik, melekat pada substrat dengan semacam serabut cakram dan berhabitat di air laut. Alga ini berfungsi sebagai sumber makanan bagi berbagai jenis fauna yang menghasilkan endapan kapur yang berguna bagi pertumbuhan karang di daerah tropis untuk ikut memperkuat fondasi terumbu karang tersebut.
3. Calliblepharis fimbriata, memiliki warna merah, memiliki holdfast,memilki stipe dan blade yang tidak dapat dibedakan. Struktur talus tipis dan memiliki bentuk seperti lembaran atau helaian daun dan terdapat bintik kecil pada talus serta berhabitat di air laut. Alga ini berperan sebagain bahan makanan dan dapat  menghasilkan oksigen yang dibutuhkan oleh manusia.
4.2 Saran
          Diadakannya studi lapangan mengenai keanekaragaman alga di zona pasang surut pantai ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa guna mengetahui bermacam-macam alga beserta peranannya. Hal ini sangat membantu mahasiswa untuk menambah pengetahuan tentang alga  secara luas.



















DAFTAR PUSTAKA

Atmadja, W.S. 1996. Pengenalan Jenis-Jenis Rumput Laut di Indonesia. Jakarta: Puslitbang             Oseanologi LIPI
Aziz, Abdul. 2008. Dan Alampun Bertasbih. Jakarta: Balai Pustaka
Bold, H.C. and M.J. Wyne.1985. Introduction to The Algae: Structure and Reproduction. 2nd           ed. Prentice Hall, Inc., Englewood Cliffs
Duxbury, A.C and A.B. Fuxbury.1989. Oceans and introduction to the world. Wm. C.         Publisher, USA
Kepel. Rene Ch. Dkk.2011.Pacific Journal. Komunitas Alga Makro Di Perairan Pesisir         Namano dan Waisisil, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku. Vol.3 No.6:     1192-1196
Langoy. Marnix L.D.dkk.2011.Jurnal Ilmiah Sains.Deskripsi Alga Makro Di Taman Wisata Alam Batuputih, Kota Bitung.Vol. 11 No.2
Pitriana, Pipit. 2008. Bio Ekspo Menjelajah Dunia Dengan Biologi. Solo: Jatra       Graphic.
Sheehan, J., Dunahay, T., Benemann, J., Roessler, P.1998. A look Back at The U.S.            Department of Energy’s Aquatic Species Program : Biodiesel from Algae.      Colorado.USA.
Sulisetijono, 2009. Bahan Serahan Alga. Malang: UIN Press



DOKUMENTASI


Tidak ada komentar:

Posting Komentar