LAPORAN STUDI LAPANGAN
TAKSONOMI TUMBUHAN RENDAH
KEANEKARAGAMAN ALGA YANG BERHABITAT DI ZONA PASANG
SURUT PANTAI SELATAN,KONDANG MERAK
Dosen Pengampu:
Drs.Sulisetyono, M.Si
Ainun Nikmati Laily, M.Si
Oleh :
Wenny Nur Fauziah
(11620011)

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TENOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2011
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ditinjau secara biologi, alga
merupakan kelompok tumbuhan yang berklorofil yang terdiri dari satu atau banyak
sel dan berbentuk koloni. Di dilam alga terkandung bahan-bahan organik seperti
polisakarida, hormon, vitamin, mineral, dan juga senyawa bioaktif. Sejauh ini
pemanfaatan alga sebagai komoditi perdagangan atau bahan baku industri masih
relatif kecil jika dibandingkan dengan keanekaragaman jenis alga yang ada di
Indonesia. Padahal komponen kimiawi yang terdapat dalam alga sangat bermanfaat
bagi bahan baku industri makanan, kosmetik, farmasi dan lain-lain.
Indonesia
dikenal negara yang subur dan kaya akan sumber daya alam. Sebagai negara dengan
luas wilayah laut lebih dari 70 %, salah satu kekayaan alam yang bisa kita
manfaatkan adalah sumber hayati. Selain ikan, alternatif hasil laut yang bisa
diolah adalah rumput laut (seaweed).
Rumput
laut merupakan tumbuhan laut jenis alga, masyarakat Eropa mengenalnya dengan
sebutan seaweed. Tanaman ini adalah gangang multiseluler golongan divisi
thallophyta. Berbeda dengan tanaman sempurna pada umumnya, rumput laut tidak
memiliki akar, batang dan daun. Jika kita amati jenis rumput laut sangat
beragam, mulai dari yang berbentuk bulat, pipih, tabung atau seperti ranting
dahan bercabang-cabang. Rumput laut biasanya hidup di dasar samudera yang dapat
tertembus cahaya matahari. Seperti layaknya tanaman darat pada umumnya, rumput
laut juga memiliki klorofil atau pigmen warna yang lain. Warna inilah yang
menggolongkan jenis rumput laut. Secara umum, rumput laut yang dapat dimakan
adalah jenis ganggang biru (cyanophyceae), ganggang hijau (chlorophyceae),
ganggang merah (rodophyceae) atau ganggang coklat (phaeophyceae).
Indonesia merupakan negara kepulauan yang dipisahkan oleh laut antara pulau yang satu dengan pulau yang lain. Laut Indonesia terkenal akan keindahan dan kekayaan isinya. Laut Indonesia terlihat indah dengan biotanya yang beraneka ragam. Salah satunya yaitu algae. Algae merupakan tumbuhan thallophyta yang belum dapat dibedakan antara batang, daun dan akarnya.
Jika kita berkunjung ke sebuah pantai, sering kita jumpai di bibir pantai seperti rumput. Itulah yang disebut dengan algae. Algae banyak tersebar diseluruh laut Indonesia dan algae yang ada di Indonesia banyak jenisnya. Beberapa jenis algae bernilai ekonomis. Algae dapat dibidudayakan di laut dan dapat dimanfaatkan sebagai sayuran, bahan pembuatan agar-agar, bahan pembuatan kosmetik, dan masih banyak lagi.
Untuk itu dalam pengamatan Alga ini,
kita diharapkan benar- benar mengetahui bermacam-macam keanekaragaman alga yang
berhabitat di air laut atau pesisir pantai.
1.2 Tujuan
Tujuan studi lapangan mengenai keanekaragaman alga
di zona pasang surut air laut yaitu sebagai berikut:
1. Studi lapangan mengenai keanekaragaman alga yang
berhabitat di zona pasang
surut pantai
selatan,Kondang Merak
2. Untuk mengetahui macam-macam alga yang hidup di Kondang Merak
3. Untuk mengetahui ciri-ciri dan bagian-bagian dari alga
yang hidup di Kondang
Merak
4. Untuk mengetahui klasifikasi spesimen alga
5. Untuk mengetahui peranan alga
1.3 Manfaat
Manfaat dilakukannya studi lapangan mengenai
keanekaragaman alga di zona pasang surut yaitu sebagai berikut:
1. Untuk memberi informasi kepada masyarakat bahwa banyak
alga yang dapat
Dimanfaatkan
2. Alga dapat dikembangkan sebagai salah satu bahan baku
biodiesel
BAB II
METODOLOGI
2.1 Waktu dan Tempat
Studi lapangan yang membahas mengenai
keanekaragaman alga yang berhabitat di zona pasang surut dilaksanakan pada
pukul 14.00 pada hari kamis dan pada pukul 06.30 pada hari jumat tanggal 15-16 November
2012 di pantai Selatan, Kondang Merak, Malang.
2.2 Alat dan Bahan
2.2.1 Alat-alat
Alat-alat yang digunakan dalam studi lapangan ini
yaitu:
1.
Alat tulis
2.
Alat dokumentasi (camera digital)
3.
Ice box
4.
toples
2.2.2 Bahan- bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam studi lapangan
ini yaitu:
1.
Es batu
2.
Kertas label
3.
Asam asetat glasial 5 ml
4.
Formalin 10 ml
5.
Etil alkohol/alkohol 70%
6.
Tembaga sulfat 0,2 gram
7.
Aquades 35 ml
2.3 Cara Kerja
Cara kerja yang digunakan dalam studi lapangan ini adalah:
1. Disiapkan alat tulis dan alat
dokumentasi untuk mengamati alga di zona pasang
surut pantai
2. Dicari alga yang ada di zona
pasang surut pantai kemudian diambil gambarnya
untuk dokumentasi
3. Diamati struktur dan ciri-ciri
algae
4. Diletakkan algae pada ice box
yang berisi es
5. Diambil alga dari ice box dan
dipilah beberapa alga yang sama atau sejenis dari
semua alga
6. Diidentifikasi alga untuk
mengetahui spesies alga masing-masing
7. Disiapkan larutan fiksatif yang
telah ditambahkan larutan tembaga sulfat untuk
perendaman alga selama 48 jam
8. Diisi toples dengan alkohol 70%
sebagai pengawet
9. Dimasukkan alga kedalam toples
10. Ditutup toples tersebut dan
diberi label
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Actinotrichia fragilis
3.1.1 Hasil pengamatan
Gambar Pengamatan
|
Gambar Literatur
|
![]() |
![]()
(algaebase.2012)
|
Keterangan :
1. Berwarna merah
(sebelum diberi larutan)
2. Berwarna hijau (
setelah diberi larutan)
3. Memiliki
holdfast
4. Memiliki stipe
dan blade yang tidak bisa dibedakan
5. Memiliki panjang
-/+ 5 cm
6. Memiliki lebar
-/+ 4 cm
7. Struktur talus
kaku,pipih dan tipis dan
membentuk rumpun rimbun dengan
percabangan dichotomus (mendua arah)
3.1.2 Klasifikasi (
plantamor.2012)
Kingdom: Plantae
Divisio: Rhodophyta
Classis: Rhodophyceae
Ordo: Nemaliales
Familia: Galaxauraceae
Genus: Actinotrichia
Spesies:
Actinotrichia fragilis ( plantamor.2012)
3.1.3
Pembahasan
Pengamatan
yang telah dilakukan pada alga di zona pasang surut air laut dapat ditemukan
alga dengan spesies Actinotrichia fragilis, dimana spesies ini masuk
pada divisi Rhodophyta dengan kelas Rhodophyceae. Spesies ini memiliki
ciri-ciri yaitu berwarna merah (sebelum diberi larutan) namun ketika telah
dicampuri larutan asam asetat,alkohol, dan formalin alga ini mengalami
perubahan warna menjadi hijau. Memiliki holdfast, memiliki stipe dan blade yang
tidak bisa dibedakan, memiliki panjang kurang lebih 5 cm dan lebar kurang lebih
4 cm. Struktur talus pipih,kaku, tipis dan membentuk rumpun rimbun dengan percabangan dichotomus (mendua arah), melekat
pada substrat dengan alat tempel (holdfast) yang kecil berbentuk cakram serta berhabitat di air laut.
Actinotrica fragilis
memiliki thallus
bulat mengeras permukaan kasar. Membentuk rumpun rimbun dengan percabangan
dichotomus (mendua arah). Melekat pada substrat dengan alat tempel (holdfast)
yang kecil berbentuk cakram. Warna merah muda orange atau kadang-kadang pirang (Atmadja.1996).
Actinotrichia
fragilis memiliki holdfast yang panjang yang menyerupai akar yang digunakan
sebagai perekat pada substrat,sama halnya dengan jenis alga merah yag lain umumya
tumbuh pada daerah yang luas rataan terumbu yang selalu tergenang air. Melekat
pada substrat batu dengan holdfast yang berbentuk cakram kecil ( Atmadja.1996 ).
Cadangan
makanan pada Rhodophyceae adalah karbohidrat yang tersimpan dalam bentuk
granula yang terletak dalam sitoplasma. Granula akan berwarna merah apabila
diuji dengan potasium iodida dan disebut dengan tepung floridean. Cadangan
makanan yang lain adalah floridosida. Pigmen terdiri dari klorofil a dan d,
karotenoid dan fikobilin (fikoeretrin dan fikosianin). Keistimewaan dan sifat
lain Rhodophyceae adalah tidak ada sel yang dilengkapi alat gerak (
Sulisetjono.2009),
Proses
reproduksi seksual pada makroalga (termasuk rumput laut) pada umumnya
berlangsung secara anisogami dan oogami yang mana keduanya lazim pula disebut
heterogami. Pada makroalga termasuk rumput laut, gamet-gametnya dihasilkan oleh
organ-organ khusus gametangia yang terdiri atas dua macam yaitu spermatangia
(antheridium) yang menghasilkan sperma, dan oogonium yang menghasilkan sel
telur (Bold dan Wynne. 1985).
Sperma
dan sel telur masing-masing memliki bentuk, ukuran, dan motilitas yang berbeda.
Sperma umumnya ukurannya lebih kecil, berflagela dan tidak dapat bergerak.
Namun demikian, pada alga merah (Rhodophyta),
spermanya tidak berflagela dan dapat bergerak secara ameboid dan disebut
spermatia. Spermatia dihasilkan didalam gametangia kecil yang disebut
spermatangia. Sementara itu, oogonium pada alga merah berbentuk tonjolan yang
disebut trichogyne yang merupakan
tempat untuk menerima gamet jantan (sperma). Oogonium pada alga merah lazim
disebut Carpogonium (Bold dan Wynne.
1985 ).
Alga
merupakan salah satu sumberdaya alam hayati laut yang bernilai ekonomis dan
memiliki peranan ekologis sebagai produsen yang tinggi dalam rantai makanan dan
tempat pemijahan biota-biota laut. Selain itu dapat digunakan dalam bidang
industri,makanan, obat-obatan dan energi (Bold and Wyne.1985).
3.2 Amphiroa beauvoisii
3.2.1 Hasil Pengamatan
Gambar Pengamatan
|
Gambar Literatur
|
![]() |
![]() |
Keterangan:
1. Berwarna merah
(sebelum diberi larutan)
2. Berwarna hijau (
setelah diberi larutan)
3. Memiliki
holdfast
4. Memiliki stipe
dan blade yang tidak bisa dibedakan
5. Memiliki panjang
-/+ 5 cm
6. Memiliki lebar
-/+ 3 cm
7. Struktur talus
kaku dan keras karena
mengalami pengapuran yang tebal, tersusun
oleh deretan segmen-segmen berbentuk
seperti manik-manik
8. Melekat
pada substrat dengan semacam serabut cakram
3.2.2 Klasifikasi
Kingdom: Plantae
Divisio: Rhodophyta
Classis: Rhodophyceae
Ordo: Cryptonemiales
Familia: Corallinaceae
Genus: Amphiroa
Spesies:Amphiroa beauvoisii ( plantamor.2012)
3.2.3 Pembahasan
Pengamatan yang telah dilakukan pada alga di zona
pasang surut air laut dapat ditemukan alga dengan spesies Amphiroa
beauvoisii ,dimana spesies ini masuk pada divisi Rhodophyta dengan kelas
Rhodophyceae. Spesies ini memiliki ciri-ciri yaitu berwarna merah (sebelum
diberi larutan) namun ketika telah dicampuri larutan asam asetat,alkohol, dan
formalin alga ini mengalami perubahan warna menjadi hijau. Memiliki holdfast,
memiliki stipe dan blade yang tidak bisa dibedakan, memiliki panjang kurang
lebih 5 cm dan lebar kurang lebih 3 cm. Struktur talus kaku dan keras karena mengalami pengapuran yang
tebal, tersusun oleh deretan segmen-segmen berbentuk seperti manik-manik, Melekat
pada substrat dengan semacam serabut cakram, serta berhabitat di air laut.
Alga
ini memiliki bentuk thallus bersegmen pendek, pada bagian bawah silindris,
sedangkan bagian atas agak runcing. Rimbun dengan percabngan thallus dichotomus
atau bercabang dua dan dapat mencapai tinggi sekitar 5-10 cm. Substansi thallus
keras dan rapuh mengandung zat kapur (Susanto.2008).
Habitat
spesies alga ini yakni substrat berkarang dan umumnya di daerah rataan terumbu
karang. Sebarannya tidak begitu luas antara lain terdapat di pantai Selatan
Jawa. Warna dari alga ini yaitu merah dan merah muda (Susanto.2008).
Alga merah
dapat bereproduksi secara seksual dan aseksual. Reproduksi aseksual dilakukan
dengan cara pembentukan spora yang tidak memiliki alat gerak. Spora tersebut
dapat berindah ke tempat lain dengan mengikuti arus air laut. Selanjutnya, di
tempat yang sesuai, spora tersebut akan tumbuh menjadi individu baru.
Reproduksi generatifnya dilakukan dengan cara peleburan ovum dengan
spermatogonium yang tidak memiliki alat gerak. Hasil peleburan tersebut akan
membentuk zigot yang diploid. Selanjutnya zigot akan tumbuh menjadi individu
baru yang diploid (Aziz.2008).
Secara
ekologis, alga ini berfungsi sebagai sumber makanan bagi berbagai jenis fauna
yang menghasilkan endapan kapur yang berguna bagi pertumbuhan karang di daerah
tropis untuk ikut memperkuat fondasi terumbu karang tersebut. Selain itu alga
berfungsi untuk mencegah pergerakan substrat, penyaring air dan berperan
penting dalam produksi primer di lautan serta sebagai pembesaran dan pemijahan
biota-biota laut dan dapat memproduksi zat-zat organik (Duxbury.1989).
3.3Calliblepharis fimbriata
3.3.1 Hasil pengamatan
Gambar Pengamatan
|
Gambar Literatur
|
![]() |
![]() |
Keterangan:
1. Berwarna merah
(sebelum diberi larutan)
2. Berwarna hijau (
setelah diberi larutan)
3. Memiliki
holdfast
4. Memiliki stipe
dan blade yang tidak bisa dibedakan
5. Memiliki panjang
-/+ 6 cm
6. Memiliki lebar
-/+ 4 cm
7. Bentuk dan
struktur talus tipis
8.
Memiliki bentuk seperti lembaran atau helaian daun
9.
Terdapat bintik-bintik kecil pada talus
3.3.2
Klasifikasi
Kingdom: Plantae
Divisio: Rhodophyta
Classis: Rhodophyceae
Ordo: Gigartinales
Familia: Cystocloniaceae
Genus:
Calliblepharis
Spesies:Calliblepharis fimbriata ( plantamor.2012)
3.3.3 Pembahasan
Pengamatan yang telah dilakukan pada alga di zona
pasang surut air laut dapat ditemukan alga dengan spesies Calleblepharis
fimbriata, dimana spesies ini masuk pada divisi Rhodophyta dengan kelas
Rhodophyceae. Spesies ini memiliki ciri-ciri yaitu berwarna merah (sebelum
diberi larutan) namun ketika telah dicampuri larutan asam asetat,alkohol, dan
formalin alga ini mengalami perubahan warna menjadi hijau. Memiliki holdfast,
memiliki stipe dan blade yang tidak bisa dibedakan, memiliki panjang kurang
lebih 6 cm dan lebar kurang lebih 4 cm. Struktur talus tipis dan memiliki
bentuk seperti lembaran atau helaian daun, terdapat bintik-bintik kecil pada talus, serta berhabitat di air laut.
Bentuk alga merah seperti rumput
sehingga sering disebut sebagai rumput laut (seaweed). Tubuhnya bersel
banyak dan kebanyakan berbentuk lembaran sederhana dengan cabang-cabang halus
seperti pita. Di dalam selnya terdapat pigmen klorofil a dan fikobilin.
Fikobilin adalah semacam pigmen yang terdapat pada fikoeritrin dan fikosianin.
Melalui pigmen fikobilin, gelombang cahaya yang masuk ke dalam laut diserap.
Kemudian mentransfer energi cahaya ke klorofil untuk keperluan fotosintesis.
Bentuk dari hasil fotosintesis adalah karbohidrat yang disebut tepung floridean
(Aziz, 2008).
Alga merah ini hidup di luat
dalam, terutama di laut beriklim panas. Anggota kelompok alga merah dapat
ditemukan di daerah pantai hingga kedalaman 100 meter (Aziz, 2008).
Alga merah ini biasa menempel
pada alga lain atau pada batu. Ada juga yang hidup bebas mengapung dipermukaan
air. Alga merah biasa ditemukan di air cukup dalam, lebih dalam dibanding
tempat tumbuh kelompok alga lainnya. Fikobilin, pigmen pada alga merah, dapat
mengumpulkan cahaya hijau dan biru yang masuk ke air yang dalam. Dengan begit
alga merah dapat berada di lokasi perairan yang lebih dalam dibanding alga
lainnya (Pitriana, 2008).
Pada pola siklus hidup yang ketiga
terdapat dua tipe individu yang hidup bebas yaitu individu pengahasil gamet
(gametofit) yang bersiofat haploid dan individu penghasil spora (sporofit) yang
bersifat diploid. Gamet-gamet yang dihasilkan dapat menyatu membentuk zigot
yang tidak mengalami masa dormansi. Zigot ini kemudian tumbuh menjadi sporofit
yang bersifat diploid. Dalam hal ini, meiosis terjadi pada saat pembentukan
spora (sporogenesis), Spora yang dihasilkan bersifat haploid dan kemudian
berkembang menjadi gametofit. Baik sporofit maupun gametofit masing-masing
dapat memperbanyak dirinya dengan cara aseksual. Pola siklus hidup seperti ini
dikenal dengan diplobiontik yang dilambangkan dengan symbol D,h+d, dan banyak
terjadi pada alga merah (Rhodophyta).
Siklus hidup diplobiontik ini ada dua macam, yaitu isomorphik dan
heteromorphik. Dikatakan isomorphik bilamana gametofit dan sporofit memiliki
kesamaan bentuk, sedangkan heteromorphik bilamana gametofit dan sporofit
masing-masing bentuknya berbeda. Isomorphik dilambangkan dengan symbol Di,h+d,
sedangkan heteromorphik dilambangkan dengan (Bold dan Wynne. 1985).
Salah satu
manfaat alga ini adalah sebagai bahan
makanan. Rumput laut merupakan bahan makanan penting bagi manusia. Rumput laut
biasa diolah menjadi agar-agar atau dikeringkan. Alga sangat bermanfaat bagi
ekosistem. Di ekosistem, alga berperan sebagai produsen. Alga menyediakan
makanan bagi ikan, katak, hingga manusia. Alga juga menghasilkan oksigen yang
dibutuhkan oleh kita (Pitriana, 2008).
Selain
itu alga juga dapat diproses menjadi menjadi minyak nabati, yang selanjutnya
diproses menjadi biodiesel. Setelah diambil minyaknya, sisa ekstraksinya yang
berupa karbohidrat dapat difermentasikan menjadi alkohol, baik dalam bentuk
methanol maupun ethanol (Sheehan, 1998).
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan studi lapangan mengenai keanekaragaman
alga di zona pasang surut air laut yang telah dilakukan dapat di temukan
beberapa spesies yang terdiri dari beberapa divisi. Dan pada studi lapangan ini
praktikan membahas mengenai alga dengan divisi Rhodophyta, kelas Rhodophyceae
dan beberapa spesies yaitu Actinotrichia fragilis, Amphiroa beauvoisil,
Calliblepharis fimbriata . Dimana spesies alga tersebut memiliki
ciri-ciri dan peranan yang berbeda-beda, yaitu:
1. Actinotrichia fragilis, memiliki
warna merah,memiliki holdfast,memiliki stipe dan blade yang tidak bisa di bedakan. Struktur
talus pipih, kaku, tipis dan membentuk rumpun rimbun dengan percabangan
dichotomus (mendua arah), melekat pada substrat dengan alat tempel (holdfast)
yang kecil berbentuk cakram dan berhabitata di air laut. Peranan alga ini dapat
digunakan dalam bidang industri,makanan, obat-obatan dan energi.
2. Amphiroa beauvoisil,memiliki
warna merah, memiliki holdfast, memiliki stipe dan blade yang tidak bisa
dibedakan. Struktur talus kaku dan keras karena mengalami pengapuran yang
tebal, tersusun oleh deretan segmen-segmen berbentuk seperti manik-manik,
melekat pada substrat dengan semacam serabut cakram dan berhabitat di air laut.
Alga ini berfungsi sebagai sumber makanan bagi berbagai jenis fauna yang
menghasilkan endapan kapur yang berguna bagi pertumbuhan karang di daerah
tropis untuk ikut memperkuat fondasi terumbu karang tersebut.
3. Calliblepharis fimbriata, memiliki
warna merah, memiliki holdfast,memilki stipe dan blade yang tidak dapat
dibedakan. Struktur talus tipis dan memiliki bentuk seperti lembaran atau
helaian daun dan terdapat bintik kecil pada talus serta berhabitat di air laut.
Alga ini berperan sebagain bahan makanan dan dapat menghasilkan oksigen yang
dibutuhkan oleh manusia.
4.2 Saran
Diadakannya studi lapangan mengenai keanekaragaman
alga di zona pasang surut pantai ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa guna
mengetahui bermacam-macam alga beserta peranannya. Hal ini sangat membantu
mahasiswa untuk menambah pengetahuan tentang alga secara luas.
DAFTAR PUSTAKA
Atmadja, W.S. 1996. Pengenalan Jenis-Jenis
Rumput Laut di Indonesia. Jakarta: Puslitbang Oseanologi LIPI
Aziz, Abdul. 2008. Dan Alampun Bertasbih. Jakarta:
Balai Pustaka
Bold, H.C. and M.J. Wyne.1985. Introduction to
The Algae: Structure and Reproduction. 2nd ed. Prentice Hall, Inc., Englewood
Cliffs
Duxbury, A.C and A.B. Fuxbury.1989. Oceans and
introduction to the world. Wm. C. Publisher,
USA
Kepel. Rene Ch. Dkk.2011.Pacific Journal.
Komunitas Alga Makro Di Perairan Pesisir Namano
dan Waisisil, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku. Vol.3 No.6: 1192-1196
Langoy. Marnix L.D.dkk.2011.Jurnal Ilmiah
Sains.Deskripsi Alga Makro Di Taman Wisata Alam
Batuputih, Kota Bitung.Vol. 11 No.2
Pitriana,
Pipit. 2008. Bio Ekspo Menjelajah Dunia Dengan Biologi. Solo: Jatra Graphic.
Sheehan,
J., Dunahay, T., Benemann, J., Roessler, P.1998. A look Back at The U.S. Department of Energy’s Aquatic
Species Program : Biodiesel from Algae. Colorado.USA.
Sulisetijono, 2009. Bahan Serahan Alga. Malang: UIN
Press
DOKUMENTASI

